22 April 1974
Kecelakaan pesawat registrasi N446PA Boeing 707 Pan American World yang
menabrak gunung di Bali, lima menit menjelang mendarat di bandar udara
Ngurah Rai. Tragedi 22 April 1974 itu menelan korban 107 orang tewas.
4 Desember 1974
Pesawat Martin Air yang disewa Garuda Indonesian untuk penerbangan haji
jatuh saat akan mendarat di bandar udara Kolombo, Sri Lanka, dan
menyebabkan 191 korban tewas.
29 Maret 1979
Pesawat Twin Otter Merpati Nusantara Airlines jatuh di Gunung Tinombala
dalam perjalanan dari Palu ke Tolitoli, Sulawesi Tengah, dengan 13 orang
korban tewas.
6 Maret 1979
Garuda Indonesia Penerbangan 553 adalah pesawat Fokker F-28 Garuda
Indonesia yang sedang dalam penerbangan tanpa penumpang dari Denpasar
menuju Surabaya dan menabrak lereng Gunung Bromo di ketinggian 6.200
kaki. Keempat awaknya tewas.
11 Juli 1979
Sebuah pesawat Fokker F-28 Garuda Indonesia terlibat musibah pada 11
Juli 1979. Pesawat bernama Mamberamo itu dalam penerbangan dari Bandara
Talang Betutu (Lampung) menuju Medan dipiloti Kepten A.E. Lontoh
menabrak dinding Gunung Pertektekan, anak Gunung Sibayak dalam
pendekatan (approaching) untuk mendarat di Bandara Polonia, Medan. 4
awak dan 57 penumpangnya tewas.
13 Januari 1980
DC-9 Garuda yang rusak berat akibat mendarat keras di Banjarmasin
20 September 1981
Pesawat DC-9 Garuda Indonesian mendarat darurat akibat kerusakan mesin,
sewaktu mendarat kedua ban belakang kiri pecah mengakibatkan pelek ban
menghunjam landasan hingga sulit dipindahkan. Tak ada korban jiwa.
20 Maret 1982
Pesawat Garuda Indonesia jenis Fokker F-28 PK-GVK mendarat dalam cuaca
hujan lebat, mengalami overrun dan tercampak ke areal persawahan di luar
Bandara Branti, Bandar Lampung, Indonesia. 4 awak dan 23 penumpang
tewas.
11 Juni 1984
DC-9 lainnya, patah dua di landasan Kemayoran sewaktu mendarat setelah terbang ferry, tidak ada korban.
30 Desember 1984
DC-9 Garuda patah tiga di rawa-rawa akibat overshoot waktu mendarat di
bandar udara internasional Ngurah Rai, Bali tidak menelan korban.
4 April 1987
Pesawat DC-9 Garuda Indonesian PK-GNQ jatuh dan terbakar di landasan
Bandara Polonia menewaskan 26 awak dan penumpang serta 19 orang luka
berat. Pada ketinggian 1.700 kaki menjelang mendarat, pesawat mengalami
gangguan dalam cuaca buruk, hujan, kilat dan angin berkecepatan 4 knot.
1 Februari 1988
Pesawat HS 748 PK-HIS milik maskapai Bouraq Airlines mengalami tire
blown out pada nose wheel pada saat landing di Gorontalo. 5 Crew dan
28 penumpang selamat.
18 Juni 1988
VC-828 Merpati Nusantara dari Jakarta tujuan Polonia, Medan mendarat
darurat di landasan rumput akibat kerusakan pada sistem hidrolik
pendaratnya. Ke-67 penumpang dan lima awaknya selamat.
2 Januari 1990
Pesawat CASA C212 PK-PCM milik Pelita Air Services mengalami masalah
pada mesin saat berada dil Laut Jawa, pilot memutuskan ditching
(mendarat di laut) namun gagal dan tenggelam. 3 crew dan 13 penumpang
tewas.
25 Januari 1990
Pesawat HS 748 PK-OBW milik Airfast menabrak gunung Sangkareang, Lombok karena cuaca buruk. 3 crew dan 16 penumpang meninggal.
9 Mei 1991
Pesawat Fokker F27 PK-MFD milik Merpati Nusantara terbang dalam
kondisi cuaca tidak baik dan menabrak gunung Kelabat, Manado. 5 crew dan
8 penumpang meninggal.
24 Juli 1992
Pesawat Vickers Viscount VC-8 milik Mandala kehilangan komunikasi saat
mendarat menyebabkan pesawat menabrak dataran tinggi barat daya bandara
Patimura airport. Menewaskan 7 crew dan 63 penumpang.
28-Aug 1992
Pesawat Vickers Viscount VC-8 PK-IVX milik Bouraq Airlines terbakar
setelah landing di bandara Syamsuddin Noor, Banjarmasin. 23 orang
cedera.
18 Oktober 1992
Pesawat CN 235 PK-MNN milik Merpati Nusantara, menabrak gunung Puntang, Garut. 4 crew dan 27 penumpang meninggal.
9 Januari 1993
Pesawat HS 748 PK-IHE milik Bouraq Airlines mengalami kebakaran pada
mesin kanan setelah mendarat dibandara Juanda, Surabaya. 23 orang
cedera dan 16 orang meninggal.
31 Januari 1993
Pesawat SC-7 Skyvan Pan Malaysia Air Transport beregistrasi 9M-PID
hilang 35 menit setelah lepas landas dari Polonia. Pesawat dengan 11
penumpang dan 3 awak jatuh di kawasan hutan Aceh Timur, hingga kini
belum ditemukan reruntuhannya.
1 Juli 1993
Pesawat Fokker F-28 milik Merpati Nusantara mengalami musibah di Sorong
saat akan mendarat di Bandar Udara Jefman. Pesawat terbang terlalu
rendah dan salah jalur, menabrak bukit kecil setinggi pohon kelapa,
mematahkan pesawat menjadi tiga bagian. 41 orang tewas dan dua cedera
25 April 1994
Pesawat BN-2A PK-ZAA milik Dirgantara Air Services menabrak gunung
Saran, Kalimantan Barat. Kecuali Ny. Nur Intan Fitriani yang lolos dari
maut, 10 penumpang dan pilotnya tewas.
18 Juni 1994
Fokker F-27 PK-MFI Merpati Nusantara Airlines yang menabrak lereng
Gunung Kalora sekitar empat menit sebelum mendarat di Bandara Mutiara,
Palu, Sulawesi Tengah. 5 crew dan 7 penumpang tewas.
4 November 1994
Twin Otter Trigana Air Service menabrak gunung dekat Kebu, Irian Jaya, menewaskan empat penumpangnya.
30 November 1994
F-28 Merpati Nusantara tergelincir di Semarang melukai 77 penumpangnya.
10 Januari 1995
Pesawat DHC 6 PK-NUK milik Merpati Nusantara hilang ketika melewati
Selat Molo, NTB (dicurigai ledakan pada Compartment Cargo). 4 crew dan
10 penumpang hilang.
9 Agustus 1995
Pesawat HS 748 PK-KHL milik Bouraq Airlines menabrak gunung Kumawa, Kaimana, Irian Jaya. 7 awak dan 3 penumpang tewas.
3 Oktober 1995
Sabang Merauke Raya Air Charter kehilangan CASA 212 PK-ZAG yang jatuh
di Bakongan Kaimana, Tapak Tuan, Sumatera Utara. 5 cidera dan 1 tewas.
13 Juni 1996
Garuda Indonesia 865, pesawat terbakar setelah overrun akibat aborting
take off oleh penerbangnya di Bandara Fukuoka, Jepang saat akan take off
menuju Jakarta, Indonesia. 16 cedera dan 3 tewas.
7 Desember 1996
Pesawat C212-200 PK-VSO milik Dirgantara Air Services jatuh di
bandara Wamena, Irian Jaya setelah take off karena mesin kanan
terbakar. 2 crew dan 15 penumpang tewas, pesawat jatuh 2.5 k m barat
daya airport dan menimpa sebuah rumah, dua orang tewas didarat.
19-Apr 1997
Pesawat BAe-ATP PK-MTX milik Merpati Nusantara jatuh saat menjelang landing di Bulu Tumbang, Belitung. 15 orang meninggal.
26 September 1997
Garuda Indonesia Penerbangan GA 152 adalah sebuah pesawat Airbus A300-B4
yang jatuh di Desa Buah Nabar, Kecamatan Sibolangit, Kabupaten Deli
Serdang, Sumatra Utara, Indonesia (sekitar 32 km dari bandara dan 45 km
dari kota Medan) saat hendak mendarat di Bandara Polonia Medan pada 26
September 1997. Kecelakaan ini menewaskan seluruh penumpangnya yang
berjumlah 222 orang dan 12 awak dan hingga kini merupakan kecelakaan
pesawat terbesar dalam sejarah Indonesia.
Pesawat tersebut sedang dalam perjalanan dari Jakarta ke Medan dan telah
bersiap untuk mendarat. Menara pengawas Bandara Polonia kehilangan
hubungan dengan pesawat sekitar pukul 13.30 WIB. Saat terjadinya
peristiwa tersebut, kota Medan sedang diselimuti asap tebal dari
kebakaran hutan. Ketebalan asap menyebabkan jangkauan pandang pilot
sangat terbatas dan cuma mengandalkan tuntunan dari menara kontrol
Polonia, namun kesalahmengertian komunikasi antara menara kontrol dengan
pilot menyebabkan pesawat mengambil arah yang salah dan menabrak tebing
gunung.
Dari seluruh korban tewas, ada 44 mayat korban yang tidak bisa dikenali
yang selanjutnya dimakamkan di Monumen Membramo, Medan. Di antara korban
jiwa, selain warga Indonesia, tercatat pula penumpang
berkewarganegaraan AS, Belanda dan Jepang.
19 Desember 1997
SilkAir Penerbangan 185 adalah layanan penerbangan komersial rutin
maskapai penerbangan SilkAir dari Bandara Internasional Soekarno-Hatta,
Jakarta, Indonesia ke Bandara Changi, Singapura. Pada tanggal 19
Desember 1997, sekitar pukul 16:13 WIB, pesawat Boeing 737-300 yang
melayani rute ini mengalami kecelakaan jatuh di atas Sungai Musi,
Palembang, Sumatera Selatan. Seluruh 104 orang yang ada di dalamnya (97
penumpang dan 7 awak kabin) tewas, termasuk pilot Tsu Way Ming dan
kopilot Duncan Ward.
14 Januari 2002
Lion Air Penerbangan JT-386 adalah sebuah penerbangan Lion Air dengan
pesawat Boeing 737-200 yang jatuh setelah lepas landas di Bandara Sultan
Syarif Kasim II, Pekanbaru, Riau, Indonesia pada tanggal 14 Januari
2002. Saat itu pesawat sedang menuju Batam. Tidak ada korban jiwa.
Pesawat mengalami kerusakan pada sayap bagian kanan.
16 Januari 2002
Garuda Indonesia Penerbangan 421 merupakan pesawat Boeing 737 yang
menerbangi jalur Mataram-Yogyakarta-Jakarta. Pada 16 Januari 2002,
pesawat melakukan pendaratan darurat di Bengawan Solo. Kecelakaan ini
mengakibatkan seorang pramugari tewas dan melukai 12 penumpang lainnya.
Kecelakaan itu terjadi pada pukul 15:05 WIB. Alasan utama kecelakaan
pesawat ini ialah karena dalam keadaan cuaca badai dan mengalami
kerusakan mesin. Akibatnya pilot terpaksa mendarat darurat di sungai.
25 Mei 2002
Pesawat DHC 6 milik Trigana Air Service, yang terbang dari Wamena
menuju Enarotali jatuh dipegunungan di Papua. 2 crew dan 4 penumpang
tewas.
3 Juli 2004
Lion Air Penerbangan 332 di Palembang
30 November 2004
Pesawat MD-82 milik Lion Air dengan kode penerbangan JT 538 tergelincir
saat melakukan pendaratan di Bandara Adisumarmo di Solo dan menewaskan
26 orang. Pesawat tersebut lepas landas dari Jakarta dengan tujuan
Surabaya (transit di Solo) pada pukul 17.00 WIB sambil membawa 146
penumpang. Menurut penuturan salah seorang penumpang, cuaca pada saat
keberangkatan sudah buruk karena adanya hujan besar disertai petir. Saat
pendaratan pada sekitar pukul 18.15 WIB, menurutnya, pesawat terasa
seperti tidak dapat dihentikan dan akhirnya masuk ke sawah di bandara
sebelum akhirnya berhenti di dekat kuburan. Pesawat tersebut patah di
tengah, tepatnya di bagian tulisan ‘Lion’ pada badan pesawat. Beberapa
pengurus NU, termasuk Ketua Komisi VIII DPR, KH Yunus Muhammad, juga
termasuk penumpang yang meninggal.
Berdasarkan hasil investigasi Komite Nasional Keselamatan Transportasi
(KNKT), penyebab kecelakaan adalah karena landasan pacu yang tergenar
air atau peristiwa yang dikenal sebagai hydroplanning sehingga pesawat
tergelincir dan tidak dapat dikendalikan.
10 Januari 2005
Lion Air Penerbangan 789 gagal lepas landas dari Kendari, Sulawesi Tenggara.
15 Februari 2005
Lion Air Penerbangan 1641 terperosok di Bandara Selaparang, Mataram, NTB.
5 September 2005
Mandala Airlines Penerbangan RI 091 merupakan sebuah pesawat Boeing
737-200 milik Mandala Airlines yang jatuh di kawasan Padang Bulan,
Medan, Indonesia pada 5 September 2005. Kecelakaan ini terjadi saat
pesawat sedang lepas landas dari Bandara Polonia Medan. Pesawat tersebut
menerbangi jurusan Medan-Jakarta dan mengangkut 116 orang (111
penumpang dan 5 awak). Sebelumnya diberitakan pesawat tersebut
mengangkut 117 orang namun seorang penumpang ketinggalan pesawat.
Penumpang yang selamat berjumlah 17 orang dan 44 orang di darat turut
menjadi korban.Pada 12 Oktober 2006, KNKT menyatakan bahwa menurut hasil
penyelidikan, Penerbangan 91 jatuh akibat kondisi flap dan slat (alat
penambah daya angkat pesawat saat lepas landas) yang tidak turun serta
prosedur check list peralatan yang tidak sesuai persyaratan.
4 Maret 2006
Lion Air Penerbangan IW 8987 dari Denpasar – Surabaya yang membawa 156
orang tergelincir saat mendarat di Bandara Juanda karena cuaca buruk,
semua penumpang selamat.
5 Mei 2006
Batavia Air Penerbangan 843 jurusan Jakarta – Ujung Pandang – Merauke
setelah beberapa saat mengudara pilot meminta balik ke bandara, pada
saat mendarat ban pecah dan pesawat tergelincir di landasan pacu Bandara
Soekarno Hatta, 127 penumpang selamat, 4 orang luka-luka.
5 Mei 2006
Pesawat Twin Otter milik Trigana Air Service dengan 9 penumpang pejabat
pemerintah daerah Puncak Jaya, Papua dan 3 awak jatuh dan menewaskan
semua penumpangnya. Pesawat diduga menabrak dinding gunung.
1 Januari 2007
Adam Air Penerbangan KI-574 adalah sebuah penerbangan domestik terjadwal
Adam Air jurusan Surabaya-Manado, yang sebelum transit di Surabaya
berasal dari Jakarta, yang hilang dalam penerbangan. Kotak hitam
ditemukan di kedalaman 2000 meter pada 28 Agustus 2007. Seluruh
penumpang dan awak yang berjumlah 102 hilang dan dianggap tewas. Pada 25
Maret 2008, penyebab kecelakaan seperti yang diumumkan oleh Komisi
Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) adalah cuaca buruk, kerusakan
pada alat bantu navigasi Inertial Reference System (IRS), dan kegagalan
kinerja pilot dalam menghadapi situasi darurat.
7 Januari 2007
Batavia Air Penerbangan 524 dengan tujuan Jakarta dan membawa 135
penumpang dan 3 bayi gagal lepas landas dari Bandara Depati Amir,
Pangkalpinang karena kerusakan di roda ketika pesawat bergerak di
landasan pacu. Akibatnya pesawat berjalan oleng.
17 Januari 2007
Mandala Airlines Penerbangan 660 tujuan Jakarta-Makassar-Ambon terpaksa
kembali ke Bandara Soekarno-Hatta Cengkareng. Pesawat ini sempat
mengudara 30 menit namun kemudian diketahui mengalami kerusakan roda.
17 Januari 2007
Batavia Air Boeing 737-400 rute Manado-Balikpapan-Jakarta dengan 147
penumpang dengan empat pramugari gagal melanjutkan perjalanan karena
satu roda pesawat rusak.
21 Februari 2007
Adam Air Penerbangan KI 172 merupakan pesawat Boeing 737 yang menerbangi jalur Jakarta-Surabaya. Pada
21 Februari 2007, pesawat melakukan pendaratan keras di Bandara
Juanda. Kecelakaan ini mengakibatkan bagian tengah badan pesawat patah.
Akibat dari kecelakaan ini jadwal penerbangan sempat terganggu dan
seluruh Boeing 737-300 milik Adam Air sempat dilarang terbang untuk
inspeksi lebih lanjut olah KNKT.
7 Maret 2007
Garuda Indonesia Penerbangan GA-200 adalah sebuah penerbangan dari
maskapai penerbangan Garuda Indonesia jurusan Jakarta-Yogyakarta, yang
meledak ketika terperosok saat melakukan pendaratan pada tanggal 7 Maret
2007 pukul 06:55 WIB di Bandar Udara Adi Sutjipto Yogyakarta setelah
lepas landas dari Bandar Udara Soekarno-Hatta Cengkareng, Jakarta pukul
06:00 WIB. Pesawat ini membawa 133 penumpang, 1 pilot, 1 copilot, dan 5
awak kabin. Pilot pesawat adalah Kapten Marwoto Komar.[2] Jumlah korban
tewas adalah 22 orang (21 penumpang dan 1 awak pesawat). [1] Beberapa
tokoh Indonesia juga ikut dalam penerbangan ini antara lain yaitu Ketua
Umum PP Muhammadiyah Dien Syamsuddin (luka ringan)[3], kriminolog
Adrianus Meliala (luka), dan mantan rektor UGM Yogyakarta Prof Dr.
Kusnadi Hardjosumantri (meninggal).[4]. Pesawat tersebut juga membawa 19
warga negara asing antara lain dari Jepang, Brunei Darussalam dan 8
orang warga Australia yang merupakan rombongan jurnalis yang akan
meliput kunjungan Menteri Luar Negeri Australia Alexander Downer di
Yogyakarta.
Saksi mata mengatakan api dipicu dari meledaknya ban depan saat mendarat
sehingga menjalar ke badan pesawat. Dilaporkan pula bahwa badan pesawat
terbelah memanjang dari bagian kabin hingga ekor pesawat, sementara
salah satu sayap pesawat pecah dan terbelah
12 Maret 2007
Batavia Air Penerbangan 200 dengan tujuan Jakarta batal berangkat dari
Bandar Udara Tjilik Riwut di Palangkaraya, Kalimantan Tengah. Seorang
penumpang mengaku mendengar ledakan keras yang diduga dari bagian mesin
saat pesawat telah melaju sekitar 500 meter di landasan pacu bandara.
Pilot mengerem pesawat, lalu pesawat kembali ke apron.
23 Maret 2007
Merpati Nusantara Airlines Boeing 737-300 pecah kaca depannya dalam
penerbangan dari Denpasar ke Kupang. Pesawat dengan 96 penumpang
mendarat dengan selamat di Kupang, namun penerbangan kembali ke Jakarta
harus ditunda.
19 April 2007
Trigana Air Fokker 27 melakukan pendaratan darurat di ujung bandara
Wamena, Papua, setelah salah satu bannya pecah. Tak ada korban yang
jatuh.
ford titanium - TikTok
BalasHapusToys titanium earrings hoops and trekz titanium pairing Collectibles Online titanium cerakote · NONIC Games · titanium necklace mens NONIC Games › titanium iv chloride Online · NONIC Games
h535q3ptepm662 wolf dildo,sex chair,Rabbit Vibrators,fantasy toys,dildo,sex toys,glass dildos,women sexy toys,vibrators r408f8zhflz242
BalasHapus